"ANALISIS
REGRESI"
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian analisisRegresi
Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakanuntuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan SirFrancis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi manusia, yaitu antara tinggi anak dan tinggi orang tuanya. Dalam penelitiannya, Galton menemukan bahwa tinggi anak dan tinggi orang tuanya cenderung meningkat atau menurun dari berat rata-ratapopulasi. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi.
Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi,karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop (tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Jadidengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula. Karena merupakan suatuprediksi, maka nilai prediksi tidak selalu tepat dengan nilai riilnya, semakin kecil tingkat penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai riilnya, maka semakin tepat persamaan regresi yang dibentuk.
Dapat disimpulkan bahwa analisis regresi adalah metodestatistika yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubunganantara variabel- variabel, dengan tujuan pokok dalam penggunaan metode ini adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari suatu variabel lainyang diketahui.
2.2 Tujuan analisis
Regresi
adalah meramalkan atau memperkirakan nilai dari suatu
variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain diketahui melalui
persamaan garis regresi.
2.3 Persamaan Regresi
Persamaan Regresi (regression equation) adalah suatu persamaan matematisyang mendefenisikan hubungan antara dua variabel. Persamaan regresi yangdigunakan untuk membuat taksiran mengenai variabel dependen disebut
persamaan regresi estimasi, yaitu suatu formula matematis yangmenunjukkan hubungan keterkaitan antara satu atau beberapa variabel yang nilainya sudah diketahui dengan satu variabel yang nilainya belumdiketahui.
Sifat hubungan antar variabel dalam persamaan regresi merupakanhubungan sebab akibat (causal relationship). Oleh karena itu, sebelummenggunakan persamaan regresi dalam mejelaskan hubungan antara dua atau lebih
variabel, maka perlu
diyakini terlebih dahulu bahwa secarateoritis atau perkiraan sebelumnya, dua atau lebih variabel tersebut memilikihubungan sebab akibat. Variabel yang nilainya akan mempengaruhi nilai variabel lain disebut dengan variabel bebas (independent variabel), sedangkan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai variabel lain disebutvariabel terikat (dependent variabel).
Ada dua jenis Persamaan Regresi Linier, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Sederhana (simple analisis regresi)
2. Analisis Regresi Berganda (multiple analisis regresi)
2.2.1 REGRESI LINIER
SEDERHANA
A. HUBUNGAN ANTARVARIABEL
Hubungan
antarvariabel dapat berupa hubungan linier ataupun hubungan tidak linier.
Misalnya, berat badan laki-laki dewasa sampai pada taraf tertentu
bergantung pada tinggi badan, keliling lingkaran bergantung pada diameternya,
dan tekanan gas bergantung pada suhu dan volumenya. Hubungan-hubungan itu bila
dinyatakan dalam bentuk matematis akan memberikan persamaan-persamaaan
tertentu.
Untuk dua variable,
hubungan liniernya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linier, yaitu:
y= a+bx
Keterangan :
Y, X = variabel
a, b = bilangan konstan
(konstanta)
Hubungan antara dua
variabel pada persamaan linier jika digambarkan secara grafis (scatter
diagram), semua nilai Y dan X akan berada pada suatu garis lurus. Dalam
ilmu ekonomi, garis itu disebut garis regresi.
Karena antara Y dan
X memiliki hubungan, maka nilai X dapat digunakan untuk menduga atau
meramal nilai Y. Dalam hal ini, X disebut variabel bebas, yaitu variabel yang
nilai-nilainya bergantung pada variabel lain.
Hubungan
antarvariabel yang akan dipelajari disini hanyalah hubungan
linier sederhana, yaitu hubungan yang hanya melibatkan dua
variabel (X dan Y) dan berpangkat satu.
B. PERSAMAAN GARIS REGRESI
LINIER SEDERHANA
Regresi yang
berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya
terhadap tinggi manusia. Penelitian tersebut membandingkan antara tinggi anak
laki-laki dan tinggi badan ayahnya.
Analisis regresi
juga digunakan untuk menentukan bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama
dalam penggunaan analisis itu adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai
dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui
melalui persamaan garis regresinya.
Untuk populasi,
persamaan garis regresi linier sederhananya dapat dinyatakan dalam bentuk:
Keterangan:
rata-rata Y bagi X tertentu.
konstanta atau parameter atau
koefisien regresi populasi
Karena populasi
jarang diamati secara langsung, maka digunakan persamaan regresi linier
sederhana sampel sebagai penduga persamaan regresi linier sederhana populasi.
Bentuk persamaannya adalah
Keterangan:
= penduga
bagi
variabel terikat (variabel yang
diduga)
= variabel bebas
(variabel yang diketahui)
= penduga parameter A dan B =
koefisien regresi sampel
=
intersep (nilai Y, bila X = 0)
=
slop (kemiringan garis regresi)
Persamaan memberikan
arti jika variabel X mengeluarkan satu satuan maka variabel Y akan mengalami
peningkatan atau penurunan sebesar 1 b.
Untuk membuat peramalan, penaksiran,
atau pendugaan dengan persamaan regresi, maka nilai dan b harus
ditentukan terlebih dahulu. Dengan metode kuadrat terkecil (least square),
nilai dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut.
2.4PENDUGAAN DAN PENGUJIAN KOEFISIEN
REGRESI
2.4.1 Kesalahan Baku Regresi dan
Koefisien Regresi Sederhana
Kesalahan baku atau
selisih taksir standar merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat
ketepatan regresi (pendugaan) dan koefisien regresi (penduga) atau mengukur
variasi titik-titik observasi di sekitar garis regresi. Dengan kesalahan baku,
batasan seberapa jauh melesetnya perkiraan kita dalam meramal data dapat
diketahui. Apabila semua titik observasi berada tepat pada garis regresi maka
kesalahan baku akan bernilai sama dengan nol. Hal itu berarti perkiraan yang
kita lakukan terhadap data sesuai dengan data yang sebenarnya,
Berikut ini rumus-rumus yang secara
langsung digunakan untuk menghitung kesalahan baku regresi dan koefisien
regresi.
1. Untuk regresi,
kesalahan bakunya dirumuskan:
2. Untuk koefisien
regresi (penduga ), kesalahan bakunya dirumuskan:
3. Untuk koefisien
regresi (penduga ), kesalahan bakunya dirumuskan:
2.4.2 Pendugaan
Interval Koefisien Regresi (Parameter A dan B)
Pendugaan interval
bagi parameter A dan B menggunakan distribusi t dengan derajat kebebasan (db) =
n – 2.
1. Pendugaan interval
untuk parameter A
Untuk parameter A, pendugaan
intervalnya menggunakan:
Atau dalam bentuk sederhana:
Artinya: dengan interval keyakinan dalam
jangka panjang, jika sampel diulang-ulang, kasus pada
interval sampai dengan interval akan berisi A yang benar.
2. Pendugaan interval
untuk parameter B
Untuk parameter B, pendugaan
intervalnya dirumuskan:
Atau dalam bentuk sederhana:
Artinya: dengan interval
keyakinan dalam jangka panjang, jika sampel
diulang-ulang, kasus pada interval sampai dengan
interval akan berisi B yang benar.
2.4.3 Pengujian Hipotesis
Koefisien Regresi (Parameter A dan B)
Pengujian hipotesis bagi parameter A
dan B menggunakan uji t, dengan langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
1. Menentukan formula
hipotesis
1. Untuk parameter A:
2. Untuk parameter B:
, mewakili nilai B
tertentu, sesuai hipotesisny.
, jika , berarti pengaruh X
terhadap Y adalah positif.
, jika , berarti pengaruh X
terhadap Y adalah negatif.
, jika , berarti X mempengaruhi
Y.
3. Menentukan taraf
nyata ( ) dan nilai t tabel.
Taraf nyata dan
nilai t tabel ditentukan dengan derajat bebas (db) = n – 2.
4. Menentukan kriteria
pengujian
1. diterima
apabila
ditolak
apabila
2. diterima
apabila
ditolak
apabila
3. diterima
apabila
ditolak
apabila atau
4. Menentukan nilai
uji statistik
1. Untuk parameter A
2. Untuk parameter B
3. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan
apakah diterima atau ditolak.
Catatan:
1. Dari kedua
koefisien regresi A dan B, koefisien regresi B, yaitu koefisien regresi
sebenanya adalah yang lebih penting, karena dari koefisien ini, ada atau tidak
adanya pengaruh X terhadap Y dapat diketahui.
2. Khusus untuk
koefisien regresi B, pengujian hipotesisnya dapat juga dirumuskan sebagai
berikut:
2.5 PERAMALAN
(PREDIKSI)
sebagai penduga memiliki nilai
yang mungkin sama atau tidak sama dengan nilai sebenarnya. Untuk
membuat sebagai penduga yang dapat dipercaya, maka dibuat pendugaan
bagi Y dengan menggunakan penduga itu sendiri. Dengan
demikian, sebagai penduga dapat digunakan sebagai peramalan atau
prediksi.
Ada tiga bentuk peramalan sehubungan
dengan penduga tersebut, yaitu sebagai berikut.
2.5.1 Peramal Tunggal
Peramalan tunggal atau prediksi
titik dirumuskan:
2.5.2 Peramalan
Interval Individu
Peramalan interval individu atau
prediksi interval bagi Y dirumuskan:
= nilai untuk X = X0
2.5.3 Peramalan
Interval Rata-rata
Peramalan interval
rata-rata atau prediksi interval bagi E(Y) dirumuskan:
2.6 KOEFISIEN KORELASI
LINIER SEDERHANA
2.6.1 Pengertian
Koefisien Korelasi (KK)
Koefisien korelasi
merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan (kuat,
lemah, atau tidak ada) hubungan antarvariabel.
Koefisien korelasi ini memiliki nilai
antara -1 dan +1 .
1. Jika KK bernilai
positif, maka variabel-variabel berkorelasi positif. Semakin dekat nilai KK ini
ke +1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
2. Jika KK bernilai
negatif, maka variabel-variabel berkolerasi negatif. Semakin dekat nilai KK ini
ke -1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
3. Jika KK bernilai 0
(nol), maka variabel-variabel tidak menunjukkan korelasi.
4. Jika KK bernilai +1
atau -1, maka variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif yang sempurna.
Untuk menentukan keeratan
hubungan/korelasi antarvariabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai
dari KK sebagai patokan>
1. KK = 0, tidak ada
korelasi.
2. 0 <
KK 0,20, korelasi sangat rendah/lemah sekali.
3. 0,20 <
KK 0,40, korelasi rendah/lemah tapi pasti.
4. 0,40 <
KK 0,70, korelasi yang cukup berarti/sedang.
5. 0,70 <
KK 0,90, korelasi yang tinggi/kuat.
6. 0,90 < KK <
1,00, korelasi sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan.
7. KK = 1, korelasi
sempurna.
2.6.2 Jenis-jenis
Koefisien Korelasi
Jenis-jenis koefisien korelasi yang
sering digunakan adalah koefisien korelasi Pearson, koefisien korelasi Rank
Spearman, koefisien korelasi Konteingensi, dan koefisien penentu (KP).
1. Koefisien Korelasi
Perason
Koefisien korelasi ini digunakan
untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk
data interval atau rasio. Disimbolkan dengan r dan dirumuskan:
Nilai dari koefisien korelasi (r) terletak
antara -1 dan +1 .
1. Jika r =
+1, terjadi korelasi positif sempurna antara variabel X dan Y.
2. Jika r =
-1, terjadi korelasi negatif sempurna antara variabel X dan Y.
3. Jika r =
0, tidak terdapat korelasi antara variabel X dan Y.
4. Jika 0 < r <
+1, terjadi korelasi positif antara variabel X dan Y.
5. Jika -1 < r <
0, terjadi korelasi negatif antara variabel X dan Y.
2. Koefisien Korelasi
Rank Spearman
Koefisien korelasi ini digunakan
untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk
data ordinal (data bertingkat). Disimbolkan dengan rs dan
dirumuskan:
Keterangan:
d = selisih ranking X dan Y
n = banyaknya pasangan data
2.5.3 Koefisien Korelasi
Kontingensi
Koefisien korelasi ini digunakan
untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk
data nominal (data kualitatif). Disimbolkan dengan C dan
dirumuskan:
Keterangan:
= kai kuadrat
= jumlah semua frekuensi
2.5.4 Koefisien Penentu
(KP) atau Koefisien Determinasi (R)
Apabila koefisien korelasi
dikuadratkan, akan menjadi koefisien penentu (KP) atau koefisien determinai,
yang artinya penyebab perubahan pada variabel Y yang datang dari variabel X,
sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien penentu ini menjelaskan
besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/turunnya
(variasi) nilai variabel lainnya (variabel Y). Dirumuskan:
Keterangan:
KK = koefisien korelasi
Nilai koefisien
penentu ini terletak antara 0 dan +1 . Jika koefisien korelasinya adalah
koefisien korelasi Pearson (r), maka koefisien penentunya adalah:
Dalam bentuk rumus,
koefisien penentu (KP) dituliskan:
2.7 HUBUNGAN KOEFISIEN
KORELASI DENGAN KOEFISIEN REGRESI
Antara koefisien korelasi (r) dan koefisien
regresi (b), terdapat hubungan. Hubungan tersebut dalam bentuk rumus
dituliskan:
2.8 PENDUGAAN DAN
PENGUJIAN HIPOTESIS KOEFISIEN KORELASI POPULASI ( )
Koefisien korelasi populasi dari
variabel X dan Y yang keduanya merupakan variabel random dan memiliki
distribusi bivariat, dirumuskan:
Cov (X,Y) = = E(XY) –
E(X). E(Y)
Dalam prakteknya,
koefisien korelasi populasi ( ) tidak diketahui, namun dapat diduga
dengan koefisien korelasi sampel (r). Dengan demikian, r merupakan
penduga dari .
2.8.1 Pendugaan
Koefisien Korelasi Populasi
Pendugaan koefisien korelasi populasi
(interval keyakinan ) menggunakan distribusi Z. Pendugaannya dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mengubah koefisien korelasi sampel r menjadi
nilai Zr, yang dalam bentuk persamaan dituliskan:
Variabel Zr akan
mendekati distribusi normal dengan rata-rata dan varians sebagai berikut:
Untuk , pendugaan intervalnya
secara umum dirumuskan:
Atau:
Dengan melakukan transformasi
nilai , maka diperoleh pendugaan interval bagi koefisien korelasi populasi
( ) dengan tingkat keyakinan .
Selain menggunakan pendugaan
interval , interval bagi koefisien korelasi populasi ( ) dapat pula dibuat
dengan menggunakan tabel hubungan antara Zr dan r.
2.8.2 Pengujian
Hipotesis Koefisien Korelasi Populasi ( )
1. Untuk asumsi ��=��
Pengujian hipotesis dengan
asumsi menggunakan distribusi t sebagai uji statistiknya. Prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan formula
hipotesis
(tidak ada
hubungan antara X dan Y)
(ada hubungan
positif)
(ada hubungan
negatif)
(ada
hubungan)
2. Menentukan taraf
nyata ( ) bserta t tabel, dengan derajat bebas (db)=n-2
atau
3. Menentukan kriteria
pengujian
1. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika
3. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika
3. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika atau
3. Menentukan nilai
uji statistik
4. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan diterima
atau ditolak (sesuai dengan kriteria pengujian).
2. Untuk asumsi
Pengujian hipotesis dengan
asumsi menggunakan distribusi Z sebagai uji statistiknya. Prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan formula
hipotesis
( )
( )
( )
( )
2. Menentukan taraf
nyata ( ) beserta Z tabel
atau
3. Menentukan kriteria
pengujian
1. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika
2. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika
3. Untuk dan :
1. diterima
jika ,
2. ditolak
jika atau
3. Menentukan nilai
uji statistik
4. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan H0 diterima
atau ditolak (sesuai dengan kriteria pengujian).
2.9 REGRESI
DAN KORELASI LINEAR DATA BERKELOMPOK
2.9.1 Regresi Linier Data Berkelompok
Untuk data yang tersusun dalam
distribusi frekuensi bivariabel (data berkelompok dengan dua veriabel),
persamaan regresi linearnya berbentuk:
Dengan
Keterangan:
M = rata-rata hitung sementara,
biasanya diambil titik tengah dengan frekuensi terbesar.
= interval kelas X
= interval kelas Y
= frekuensi kelas X
= frekuensi kelas Y
2.9.2 Koefisien Korelasi Linier Data
Berkelompok
Untuk data yang tersusun dalam
distribusi frekuensi bivariabel, koefisien korelasinya dirumuskan:
REGRESI LINEAR BERGANDA DAN REGRESI (TREND) NONLINEAR
HUBUNGAN LIBIH DARI DUA VARIABEL REGRESI LINEAR BERGANDA :
Apabila terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linear
dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Y’= b0 + b1X1 + b2X2 + . . . + bkXk
Disini ada satu variabel tidak bebas, yaitu Y’ dan ada k varibel
bebas, yaitu X1, . . . , Xk.
Untuk menghitung b0, b1, b2, .
. . , bk kita gunakan metode
kuadrat terkecil yang menghasilkan persamaan normal sebagai berikut :
b0 n + b1 SX1 + b2 SX2 + . . . + bk SXk = SY
b0 SX1 + b1 SX1 X1 + b2 S X1X2 + . . . + bk S X1Xk = SX1Y
b0 SX2 + b1 SX1 X2 + b2 S X2X2 + . . . + bk S X2Xk = SX2Y
. . . . .
. . . . .
. . . . .
b0 SXk + b1 SX1 Xk + b2 S X2Xk + . . . + bk S XkXk = SXkY
Kalau persamaan ini dipecahkan, kita akan memperoleh nilai b0,
b1, b2, . . . , bk. Kemudian dapat dibentuk
persamaan regresi linear berganda. Apabila persamaan regresi itu telah
diperoleh, barulah kita dapat meramalkan nilai Y dengan syarat kalau nilai X1,
X2, . . . ., Xksebagai variabel bebas sudah diketahui.
Misalkan: k =2, maka Y’ = b0 + b1X1 + b2X2, satu variabel
tak bebas(Y), dan dua variabel bebas (X1 dan X2), maka b0, b1,
dan b2 dihitung dari
persamaan normal berikut :
b0 n + b1 SX1 + b2 SX2 = SY
b0 SX1 + b1 SX1 X1 + b2 S X1X2 = SX1Y
b0 SX2 + b1 SX1 X2 + b2 S X2X2 = SX2Y
Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matriks
berikut :
Variabel b dapat diselesaikan dengan cara sebagai
berikut :
Dimana :
det(A) = (n) (SX1X1)
(SX2X2) + (SX1) (SX1X2) (SX2) + (SX2) (SX1) (SX1X2)
– (SX2) (SX1X1) (SX2) – (SX1X2) (SX1X2)
(n) – (SX2X2)
(SX1) (SX1)
det(A0) = (SY) (SX1X1) (SX2X2)
+ (SX1) (SX1X2)
(SX2Y) + (SX2) (SX1Y) (SX1X2)
– (SX2Y) (SX1X1) (SX2) – (SX1X2) (SX1X2)
(SY) – (SX2X2)
(SX1Y) (SX1)
det(A1) = (n) (SX1Y) (SX2X2) + (SY) (SX1X2) (SX2) + (SX2) (SX1) (SX2Y)
– (SX2) (SX1Y) (SX2) – (SX2Y) (SX1X2)
(n) – (SX2X2) (SX1) (SY)
det(A2) = (n) (SX1X1)
(SX2Y) + (SX1) (SX1Y) (SX2) + (SY) (SX1) (SX1X2)
– (SX2) (SX1X1) (SY) – (SX1X2) (SX1Y) (n)
– (SX2Y) (SX1) (SX1)
TREND PARABOLA :
Garis trend pada dasarnya adalah garis regresi di mana variabel
bebas X merupakan variabel waktu. Baik garis regresi maupun trend dapat berupa
garis lurus maupun tidak lurus. Persamaan garis trend parabola adalah sebagai
berikut : Y’ = a + bX + cX2
Perhatikan bahwa bentuk persamaa seperti persamaan garis regresi
linear berganda adalah Y’ = b0 + b1X1 + b2X2, di mana b0 = a, b1 = b, b2 = c, X1 = X, dan X2 = X2.
Dengan demikian cara menghitung koefisien a, b, dan c sama
seperti menghitung b0, b1, dan b2, yaitu
menggunakan persamaan normal sebagai berikut :
a n + b SX + c SX2 = SY
a SX + b SX2 + c SX3 = SXY
a SX2 + b SX3 + c SX4 = SX2Y
TREND EKSPONENSIAL (LOGARITMA) :
Ada beberapa jenis trend
yang tidak linear tetapi dapat dibuat linear dengan jalan melakukan
transformasi (perubahan bentuk). Misalnya, trend eksponensial :
Y’ = abx dapat diubah menjadi trend semi log: log Y’ = log a + (log b)X;
log Y’ = Y’0; log a = a0 dan log b = b0. Dengan demikian, Y’0 = a0 + b0X, dimana koefisien a0 dan b0 dapat dicari berdasarkan persamaan normal.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Korelasi merupakan
hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu dapat mempengaruhi
eksistensi kejadian yang lain, Misalnya kejadian X mempengerahui kejadian Y.
Apabila dua variable X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variable X yang
sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memperkirakan/menaksir atau meramalkan
Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan/taksiran mengenai terjadinya suatu
kejadian(nilai suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Variable yang
nilainya akan diramalkan disebut variable tidak bebas (dependent variable),
sedangkan variabel C yang nilainya dipergunakan untuk meramalkan nilai Y
disebut variable bebas (independent variable) atau variable peramal (predictor)
atau seringkali disebut variable yang menerangkan (explanatory).
Jadi jelas analisis
korelasi ini memungkinkan kita untuk mengetahui suatu di luar hasil
penyelidikan, Salah satu cara untuk melakukan peramalan adalah dengan
menggunakan garis regresi. Untuk menghitung parameter yang akan dijadikan dalam
penentuan hubungan antara dua variabel, terdapat beberapa cara, yaitu:
koefisien detreminasi, koefisien korelasi. Apabila terdapat data berkelompok
menggunakan koefisien data berkelompok dan bila menggunakan data berganda
maksudnya variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat ada dua, maka
menggunakan koefisien berganda.Sedangkan regeresi di bagi menjadi dua, yaitu
regresi linier dan regresi non linier. Dimana regresi linier juga dibagi
menjadi dua yakni regresi linier sederhana dan regresi linier berganda
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ikbal. 2003. Pokok-pokok
Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. 2005. Metoda
Statistika. Bandung: Tarsito
0 komentar:
Posting Komentar